HAJI DAN UMROH (Part 1)

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم                                                         

 

 APA SAJA YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK HAJI DAN UMROH?

(Part 1)

 Hai sobat, kali ini saya akan sharing tentang apa saja yang harus disiapkan dan dibawa saat berangkat haji, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ini haji reguler ya, yang lama mukimnya sekitar 38-40an hari di Tanah Suci. Tapi sebelumnya saya cerita dulu tentang pengalaman saya di Tanah Suci, agar sobat bisa tahu kondisi saat itu serta dapat mengambil pelajaran. Dan mohon maaf, saya tidak bermaksud riya, ya …. Semoga sharing saya ini bermanfaat.

Pertama kali saya mengunjungi El Haramain (2 tempat suci bagi kaum muslimin, yaitu Makkah dan Madinah) pada akhir tahun 2006, tepatnya 4 Desember dan kembali lagi ke tanah air pada 14 Januari 2007 (lama ya sampe setahum…he..he..).  Saya berangkat sebagai jamaah haji gelombang I, sehingga kami terlebih dahulu bermukim di Madinah. Saat itu di Madinah sedang musim dingin, asli dinginnya tidak main-main…  Dan qodarullah, saya berangkat dalam kondisi yang tidak fit, karena menjelang berangkat saya mengalami radang sinusitis frontal (kata dokter rongga dibagian kening yang infeksi), serta timbul benjolan dileher kanan. Jadi selama di Madinah, saya memakai baju berangkap-rangkap, disamping memakai jaket. Saya juga tidak bisa melepas masker (waktu itu tidak ada pandemic covid, lho…), karena bila dibuka maka saya tidak bisa bernafas. Saking dinginnya, bila akan berangkat sholat subuh ke Masjid Nabawi, biasanya saya dan suami membeli teh susu terlebih dahulu agar tidak terlalu kedinginan saat berjalan. Kebetulan ada yang berjualan di depan penginapan kami. Minuman yang begitu panas, bisa mendingin kurang dari 3 menit. Jadi sepanjang jalan, sebentar-sebentar kami berhenti untuk meminumnya. Mimisan menjadi bagian dari “musibah” rutin bagi teman saya satu grup. Bahkan ada yang saat di Masjid Nabawi mengalami mimisan yang cukup hebat, sampai mukenanya banyak terciprat darah. 

Tapi dengan kondisi saya yang kurang baik itu, Alhamdulillah belanja-belanja dan jalan-jalan melihat sekeliling tidak terpikirkan oleh saya. Selama di Madinah saya hanya focus ibadah, mengejar sholat wajib saja di Masjid Nabawi, agar tidak ambruk. Inginnya I’tikaf, berdiam diri dan berdzikir di masjid serta menunaikan ibadah-ibadah sunnah, tapi apa daya saya tak mampu, dan saya harus memprioritaskan ibadah umroh serta haji nanti. Untuk itu saya harus sehat!! Begitu kata pimpinan travel saya. Beliau terus memantau kondisi saya. Dan Alhamdulillah, walaupun dalam kondisi sakit, saya masih Allah mampukan untuk ikut berziarah ke makam Baqi dan sholat di Masjid Quba (masjid yang pertama kali Nabi Muhammad bangun dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah). Selebihnya saya tidak mengikuti kegiatan, seperti ke pasar kurma, dll.

Btw, acara pengangkutan dan pembagian/pengambilan koper di Tanah Suci, menjadi salah satu kenangan yang kesal-kesal senang….ha…ha… Dulu rasanya agak kesal dan khawatir saat kejadian,  tapi ternyata kekesalan itu  membuat memori yang indah JJ . Mulai dari saat pengumpulan koper diyayasan/travel sudah membuat heboh, karena kita harus mencari jaring  untuk cover koper kita, sampai memikirkan tanda yang berbeda dengan orang lain dan eye catching, serta tidak mudah copot, yang  akan kita gantungkan dikoper agar mudah kita kenali nantinya …LL. Namanya mau mukim sebulan, tuh koper penuh dan berat beud pastinya (tapi gak melebihi berat yang ditentukan doooong….). Sampai di Madinah , ternyata kami mendapat penginapan jadul, sedikit kumuh, tidak ada lift pula. Padahal penginapan tersebut sampai lebih dari 5 lantai …qiqiqiqiqi…. Deg-degan deh, menunggu pengumuman dapat kamar dilantai berapa. 

Sungguh bijaksana pihak travelnya, yang wanita ditempatkan dilantai 1-3, sisanya untuk bapak-bapak. Saya tidak tahu bagaimana pihak travel bernegosiasi dengan 2 travel lainnya yang satu pesawat/kloter bersama kami. Top deh, tanggung jawab banget pihak travelnya. Setelah pembagian kamar, mulai agak ricuh memilih koper, karena masing-masing ingin segera mandi dan berganti pakaian. Bayangkan koper yang jumlahnya lebih dari 300 buah, semua ingin bersegara mendapat kopernya. Mana area penyimpanan koper sempit sekali, mau lewat saja susah apalagi berkerumun rame-rame….LL. Mungkin karena sebagian besar dari kami bukan orang yang suka bepergian, ditambah yang usia 50 tahun ke atas cukup banyak, apalagi koper kami sama warna dan bentuknya (1 Indonesia pasti sama) walaupun sudah ada penenda tertentu, jadi tampaklah muka-muka agak panic khawatir kopernya hilang katanya. Tapi sungguh, ini bagian yang seruuu… ha..ha.. Lagi-lagi pihak travel kami memfasilitasi dengan  meminta hanya menunjukkan yang mana koper-koper kami, kemudian para wanita diminta langsung ke kamar masing-masing, dan koper akan diantar …asyiiik…. Dan qodarullah, karena kami mendapat tempat yang kurang bagus serta agak jauh dari Masjid Nabawi, kami mendapat penggantian dana sebesar 100 riyal dari pemerintah Indonesia, Alhamdulillah…..JJAllahu AkbarLabbaik Allahumma labbaik….

Ternyata tak terasa, hampir 8 hari telah terlewati di Madinah. Saatnya bersiap pindah ke Makkah dan melaksanakan umroh. Maka packing dan pengumpulan koper-koper kami segera kami lakukan. Packing jadi kesulitan dan hiburan tersendiri juga, mengingat saat di tanah air yang bantu packing dan waktu yang tersedia cukup banyak, jadi agak heboh lagi deh…J. Bada dhuhur koper harus segera dikumpulkan untuk dicek dan dinaikkan ke dalam bis, walaupun kami berangkat bada isya. Alhamdulillah, koper cukup diletakkan depan kamar, karena kami yang wanita memang tidak sanggup kalau menenteng koper melewati tangga yang “terjal”, walaupun hanya menurunkan. 

Alhamdulillah, kami sudah berada di Makkah, dan  ibadah umroh pertama kami berjalan lancar. Saat tiba di penginapan/hotel, koper kami sudah tersusun di loby dalam. Kebetulan areanya cukup luas. Dan subhanallah, kami mendapat hotel yang bagus, masih baru euy…kinyis-kinyis, baru 3 bulan dibuka. Ada lift tentu saja. Pengambilan koper berjalan normal, para bapak mengantarkan koper milik para istri ke depan kamar masing-masing (sambil ngafalin kamar istrinya dimana ya, Pak…he…he..). Para jomblo tentu harus mengurus koper sendiri-sendiri.  1 kamar berisi 4 orang dengan kamar mandi di dalam, alhamdulillah… Saat tiba, ketakjuban saya melihat tanah suci Makkah tidak habis-habisnya. Alamnya… gersang tapi menenangkan. Bila di tanah air kita berpijak di tanah, maka di Makkah kita berpijak di atas batu. Saat melewati area yang sedang dikeruk, yang katanya untuk membangun sebuah rumah, Masya Allah kurang nikmat apa kita yang hidup di Indonesia, mereka harus mengeruk batu yang sangat keras, kita tinggal mencangkul tanah untuk menyiapkan pondasi rumah. Dan bersamaan dengan sampainya saya di Makkah, sinusitis hilang, sembuh… Alhamdulillah….saya sehat wal’afiat, sungguh segala puji hanyalah milik Allah…. Saya merasa happy di Makkah, bebas menikmati segala karunia Allah di sana. Cuaca di Makkah sangat bersahabat untuk saya pada saat itu, jadi sepertinya cocok nih tinggal di Makkah J.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENILAIAN AUTENTIK

KONSEP DAN PENERAPAN DESAIN INSTRUKSIONAL

PENERAPAN DISAIN INSTRUKSIONAL Model ADDIE